Senin, 13 Desember 2010

Apakah Kejujuran telah Berpihak Padaku?

by:Yoga Dc
Aku, seorang anak dalam pencarian jati diri dan cita – cita untuk mencapai dan menjalani masa depan yang cerah. Terlahir sebagai anak kedua dalam sebuah keluarga yang baik. Tahu akan pentingnya kejujuran, dan persahabatan dalam menggapai suatu keberhasilan dimasa mendatang.
Saat itu, aku duduk di bangku kelas 2 sekolah menengah pertama. Salah satu sekolah menengah pertama faforit di kota kecilku.Dari awal belajar disana,kumiliki suatu kebanggaan bisa duduk dan belajar di sekolah yang bisa dibilang unggulan dikotaku. Dari awal pula kukenal sesosok guru yang sangat keras dalam mendidik anak didiknya. Panggil saja namanya Bu Seli.Guru Bahasa Inggris yang mengajarku sejak aku duduk dikelas VII hingga aku meninggalkan sekolah tersebut. Tak hanya dimataku, dimata teman temanku, Ia terkenal keras dengan cara mengajarnya. Hingga ada yang memberi julukan pada guru tersebut “The Killer” .
Aku ingat, waktu Ia melempar buku teman – temanku. Buku yang mereka kumpulkan untuk tugas yang Bu Seli berikan. Yang Ia rasa kurang lengkap, tanpa basa basi Ia lempar buku ke lantai depan kelasku. Hingga pemilik buku merasa, dan mengambilnya ke depan kelas.
Okelah, mungkin bagi mereka yang cerdas, mudah menerima pelajaran, cara mengajar yang keras seperti itu merupakan hal biasa, dan gampang dilewati. Namun bagiku, salah satu dari mereka yang kurang pandai untuk mengerti,  cara mengajar yang seperti itu sangat sangat sangat menakutkan dan itu bisa mengahancurkan mental belajarku.
Sabtu siang, aku dan teman teman dikelas menanti sebuah pelajaran yang selalu kukhawatirkan. “Eh bentar lagi Bahasa Inggris yo?”, tanyaku pada kawan yang duduk disebelahku, “Iyo” jawabnya. Pertanyaan itu adalah bukti kekhawatiranku pada pelajaran yang tak ku harapkan. Tak lama, Guru Bahasa Inggris kami datang. Dengan gayanya yang keras, tanpa sedikitpun senyum yang keluar di wajahnya sekedar untuk menyambut anak didiknya. Bagiku yang kurang suka dengannya dan pelajarannya, sambutannya bisa mengikis semangat belajar yang telah ku tumbuhkan.
Salam yang bagiku kaku telah Ia ucapkan. Tanpa panjang lebar, Ia langsung memberi perintah. “Buat kelompok enam anak” ucapnya lantang. Serentak, kami berkelompok seperti biasa. Kemudian, 6 lembar kertas Ia bagikan kepada tiap kelompok. “Kerjakan per-kelompok”, perintahnya kembali. Enam kertas tersebut ternyata lembar tugas, yang bagiku itu adalah lembar kesalahan dan kekecewaan. Enam kertas itu kemudian dibagi untuk tiap anggota kelompok. Kami-pun mengerjakanya ber-enam. “biar ngerjakannya cepet, dibagi ae rek” usul ketua kelompokku. Semua anggota kelompok setuju. “He yog” panggil teman kelompok disebelahku. Aku menoleh. “Kamu ngerjain nomer 5-6 yo!” perintahnya. “iyo” sanggupku.
Suasana tenang menyertai kegiatan kami siang itu. Ketenangan itu tercipta bukan karena mereka yang begitu tertib dalam belajar. Namun suasana itu tercipta karena Bu Seli, guru Bahasa Inggris kami duduk mengawasi di depan kelas.
Di tengah ketenangan aku mengerjakan, kulihat sekelilingku. Tepat didepanku, kulihat kelompok lain dengan salah satu anggotanya yang bertarung dengan kejujuran. Sebut saja namanya Wawan. Ia juga mengerjakan tugas dari Bu Seli. Bedanya, saat kulihat dari kelompok baris belakang, hingga baris depan hanya dia yang berani mencontek dari buku catatannya. “Eh Wan” panggilku lirih. Dia hanya sebentar menoleh tanpa jawaban. Dan kembali sibuk dengan buku catatannya dan ketidak jujurannya.
Udah Dapet Informasi? Luangkan sedikit waktu anda untuk melakukan hal yang bermanfaat,,. Masuk HomePage Atau Langsung Klik Disini. Terima Kasih.


Comments :

0 komentar to “Apakah Kejujuran telah Berpihak Padaku?”


Posting Komentar